Kamis, Juni 26

Untitled

Akhir-akhir ini, saya melihat banyak "perang" diantara sesama pengguna sosmed. Penggunaan istilah "perang" sebenarnya kurang tepat banget. Cuma berhubung ini adalah blog saya pribadi, maka saya pikir istilah ini mungkin cukup mampu untuk me-refleksi-kan betapa kacaunya "pertemanan" di dumay gara-gara Pilpres tahun 2014 ini. 

Sebelum curhat lebih banyak, saya tekankan bahwa saya tidak ada maksud untuk menjelek-jelek-kan apapun itu. Kalopun misalnya saya curhat disini, itu karena memang fungsinya blog ini saya jadikan sebagai tempat curhat ketika saya galau. Dan kalopun misalnya ada yang baca, sekali lagi saya tekankan bahwa ini hanya pendapat saya pribadi yang terpaksa harus prihatin gara-gara hampir setiap hari melihat teman-teman saya didumay, -yang sebagian besar tidak saya kenal secara nyata-, saling beradu pendapat dalam tulisan. Bahkan ada yang sampe pake acara unfriend dan diblokir karena adanya perbedaan pendapat terkait pilihan presiden. Semuanya menjagokan pilihan masing-masing. Tak sedikit juga yang menjelek-jelek-kan lawan jagoannya. Bahkan ada yang memberi komentar dengan hanya memposting sebuah poto yang mewakili topik. Banyak dari poto itu yang saya lihat cukup ekstrim. Saya sedih melihat setiap komentar atau poto yang diposting itu. Kebanyakan cukup mampu mengganggu mood. Saya hanya sebagai silent reader saja. Tidak ingin terlibat walaupun hanya melalui tulisan. Sedih banget pokoknya. 

Dari sekian banyak sosmed yang tersaji, bisa dikatakan saya lebih cenderung aktif di Facebook dan Twitter. Hanya dua saja yang aktif diluar blog ini, tapi fenomena terkait pilpres itu sudah cukup mengganggu mood saya. Tidak terbayang bagaimana jika saya punya banyak akun di semua sosmed yang ada seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mungkin ingin eksis didunia maya ini. Semuanya tergantung pilihan masing-masing untuk menanggapi kemajuan teknologi informasi di era sekarang. 

Pilpres tahun 2014 ini sepertinya akan membuat sejarah baru. Mungkin karena kedua kandidatnya mempunyai kisah tersendiri. Pak Jokowi kemungkinan besar sudah punya tempat tersendiri dihati rakyat. Hal ini karena setelah beliau menjadi Gubernur DKI, ada perubahan yang terlihat nyata kearah yang lebih baik. Setidaknya itu yang saya tau walaupun saya hampir tidak pernah mengetahui perubahan yang nyata itu seperti apa. Yang jelas, saya tau dari internet, artikel juga tv, bahwa pak Jokowi adalah orang yang jujur, bersih, sederhana dan merakyat. Saya memilih untuk tidak membuktikan apakah benar beliau adalah orang seperti itu. Yang saya tau secara pribadi, bahwa pak Jokowi adalah seorang pejabat negara yang untuk pertama kalinya mau turun langsung ke lapangan, melihat kondisi rakyat atau lingkungan secara langsung. Tidak menunggu laporan dari para bawahan yang ditugaskan untuk itu. Setidaknya ini yang saya tau. 

Sebelum jadi Gubernur DKI, saya pernah baca sebuah artikel tentang beliau. Saya benar-benar sangat lupa dimana membaca artikel itu. Apakah melalui media fisik atau media elektronik. Yang saya ingat adalah bahwa waktu itu beliau belum jadi Gubernur DKI. Jelas saya ingat itu karena ketika membaca artikel tersebut, dikatakan bahwa beliau adalah Walikota Solo yang dikenal berhasil menjadikan kota Solo menjadi kota yang lebih baik. Berhubung saya bukan orang yang tertarik dengan dunia pemerintahan, maka semua berlalu begitu saja. Saya tidak tertarik untuk googling seperti apa Walikota Solo yang berhasil itu.

Ketika tiba-tiba, -mungkin lebih tepatnya tiba-tiba-, saya mengetahui bahwa nama Gubernur DKI sekarang adalah Joko Widodo, maka saya merasa seperti tidak asing dengan nama itu. Sepertinya pernah baca tentang beliau. Tapi astaga...saya benar-benar lupa. Lalu kemudian saya berhasil meyakinkan diri bahwa beliau adalah sosok yang pernah saya baca disebuah artikel setelah saya tau bahwa beliau adalah mantan Walikota Solo yang telah berhasil menjadikan kota Solo kearah yang lebih baik. Tentu, track record yang baik sangat berpengaruh terhadap langkah kedepannya. Demikianlah mungkin yang terjadi pada pak Jokowi ini. Dan mungkin memang terbukti, bahwa tidak hanya berhasil di Solo, tapi juga di Jakarta, beliau membawa perubahan. Banyak yang setuju bahwa beliau membawa perubahan DKI kearah yang lebih baik. Walaupun banyak yang setuju, bukan berarti tidak ada yang tidak setuju. Selalu ada pro dan kontra. 

Ditambah lagi disaat pak Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden, padahal masa jabatannya sebagai Gubernur belum habis 5 tahun, makin membuat sebagian orang menjadikan itu sebagai alat untuk menyerang beliau. Mengatakan beliau ingkar janji atau sejenisnya. Saya memilih untuk tidak mengomentari itu. Kalo saya boleh berpendapat, biarkan saja beliau mencalonkan diri dalam pilpres. Mungkin, jika pak Jokowi tidak ikut pilpres, siapakah pribadi yang lebih pantas untuk itu? Mungkin banyak diluar sana. Tapi kenyataannya, banyak yang mendukung beliau. Itu artinya banyak yang setuju bahwa hanya beliau yang pantas karena sudah terbukti. Tentu dari banyaknya pendukung pak Jokowi, ada pribadi yang mungkin lebih pantas untuk jadi Presiden jika seandainya pak Jokowi tidak mencalonkan diri. Tapi, kembali lagi keawal tadi, bahwa mereka para pendukung pak Jokowi, kemungkinan besar merasa bahwa pak Jokowi-lah yang lebih pantas. Lagipula, jika ternyata lebih banyak yang tidak setuju jika beliau mencalonkan diri, maka tentu partai merah tidak akan menang dalam Pemilu di tanggal 9 April 2014 kemarin. Namun kenyataannya, beliau mendapat kesempatan untuk bisa maju sebagai Capres. 

Dari banyaknya partai yang "bersaing" kenapa partai merah yang menang? Padahal ada juga partai lainnya yang sudah terkenal. Saya berpendapat bahwa ini bukan masalah ingkar janji. Memang masa jabatan itu adalah 5 tahun. Tapi jika ternyata misalnya beliau yang jadi Presiden nanti, dan membuat banyak perubahan kerah yang lebih baik disegala institusi, apakah gunanya membahas "ingkar janji" itu? Tapi bagaimana jika misalnya perubahan itu tidak baik? No komen.... Tentunya kita mengharapkan sesuatu yang lebih baik.


Selain pak Jokowi, adalah pak Prabowo Subianto. Pak Prabowo ini adalah seseorang yang masih sangat baru buat saya pribadi. Saya tau beliau setelah beliau jadi capres juga. Sebelumnya saya tidak pernah mengetahui informasi apapun tentang beliau. Saya juga baru tau kalo ternyata beliau melalui masa lalu yang cukup sedih untuk saya pribadi. Tapi apapun itu, setiap orang tentu punya masa lalu masing-masing. Entah itu kisah sedih ataupun kisah bahagia. Manusia bisa saja melakukan kesalahan dimasa lalu. Tapi bukan berarti manusia akan mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang. Mari kita belajar untuk memberi kesempatan kepada setiap orang untuk hal yang lebih baik. Jika ternyata misalnya manusia itu mengulangi kesalahannya dengan sengaja, itu urusan dia sama sang Pencipta. Setiap orang punya kesempatan masing-masing untuk menjadi lebih baik lagi. Kita tidak bisa langsung menghakimi karena kesalahan dimasa lalu-nya itu. Bahkan sampai sekarang, tidak ada yang tau seperti apa sebenarnya masa lalu pak Prabowo yang diungkit-ungkit sekarang ini. Karena semuanya saling membenarkan, semuanya saling menyalahkan. Tidak tau mana yang benar dan mana yang hanya karangan saja. Kalo tidak tau kebenarannya secara pasti, lebih baik diam alias tidak ikut-ikutan memperburuk situasi. Pak Prabowo tentu punya jawaban dan alasan tersendiri mengenai "kisahnya" itu. Saya yakin, baik pak Jokowi ataupun pak Prabowo, tentu menginginkan Negara Indonesia ini kearah yang lebih baik. Itu pasti.


Kepada teman-teman semuanya, kita tentu mengharapkan sebuah kemajuan yang baik, yang berarti dan pro-rakyat untuk kedepannya nanti. Jadi siapapun Capres yang kita pilih, tujuannya cuma satu, perubahan kearah yang lebih baik di era presiden terpilih nanti. Tidak perlulah saling menjelek-jelek-kan satu sama lain. Sampai-sampai merusak pertemanan kita. Kedua Capres itu kan manusia juga seperti kita. Jadi sudah pastilah ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Jadi, pilihlah Capres pilihanmu sesuai dengan nuranimu, bukan karena hal-hal yang bersifat persuasif.

Salam Damai untuk kita semua..

Rabu, Juni 4

TeLSus

Gw mau berbagi sedikit tentang makanan, tepatnya lauk, buat siapa aja yang liat tulisan gw ini. Lauk yang cukup sederhana dan simpel dalam cara pengolahannya ini akan jadi pilihan terakhir gw kalo lagi males lama2 didapur pas weekend. Nama lauknya adalah telur dadar. Yah...gada yang spesial sih dari telur dadar ini. Biasanya, bahan2 buat bikin telur dadar ini yang standar-nya adalah bawang merah, bawang putih, daun bawang, cabe keriting atau rawit dan juga garam. Bahan2nya sih kurang lebih seperti itu. Tapi ada juga yang pake bawang sama cabe doang. Yah....sesuai selera kita pokoknya.. 

Kalo malas lagi kumat otomatis berat banget rasanya buat ngupasin itu bahan2nya. Nah..dari hasil kemalasan nyiapin bahan2 standar tadi dan hanya coba-coba, lebih tepatnya iseng sih, gw pun berhasil menciptakan telur dadar tanpa repot nyiapin bahan2nya. Tapi rasanya gw jamin ga kalah delicious. Gw namain Telsus alias telur saus. Hahaha maksa banget ya gw.. 

Cara pembuatannya juga gampang banget.. Tinggal tuang aja saus kesukaan kita kedalam wadah yang sudah ada telurnya. Trus diaduk sampe rata. Tidak ada tambahan bumbu lain ya, termasuk garam. Secara saus kan uda punya rasa cinta. Abis itu langsung deh masak di teplon. Bagusnya di teplon ya coz si telsus ga bakal lengket atau nempel. Kelebihan dari telsus ini adalah ketika tercium rasa gosong, jangan takut telsus kita akan pait. Dijamin ga pait. Malah tambah enak.. Gw nggak tau kenapa bisa begitu.. Tapi jangan juga sengaja digosong2in ya.. Klo sengaja mah soal rasa gw nggak jamin hahaha. Oke tak perlu lama2 ya.. Ini dia penampakan telsus ala gw 





 
 
Penampakannya sederhana banget ya.. Selera merakyat banget hahahaha.. Tapi jangan salah, tidak semua orang bisa menikmati kenikmatan si telsus ini. Secara bahannya kan diluar yang biasa. Sekali 2x gw coba bikin telsus kalo lagi males buat masak2. Eh..lama2 keseringan walaupun gw lagi niat masak2.. Coz buat gw lebih nikmat telsus ini dibanding telur dadar dengan campuran bahan2 standar-nya. Silakan dicoba hahahha